Subscribe:

MODAL KECIL UNTUNG BESAR

Minggu, 26 Juli 2015

Turki Mendapat Balasan Serangan Dari ISIS


ISTANBUL – Pemerintah Turki mendapat serangan balasan. Setelah dua hari mereka menggempur kelompok militan Islamic State (IS) atau ISIS dan Partai Pekerja Kurdi (PKK), kini giliran tentara Turki yang diserang. Pelaku meledakkan bom mobil kemarin (26/7) di Provinsi Diyarbakir. Dua tentara tewas dan empat lainnya menderita luka-luka.
Saat kejadian, rombongan tentara sedang menuju ke markas setelah ada panggilan darurat. Di tengah perjalanan, tiba-tiba sebuah mobil yang telah ditempeli bom nyelonong dan meledak. Diyarbakir merupakan provinsi di Tenggara Turki. Penduduk mayoritas wilayah itu adalah warga Kurdi. Sampai kemarin malam, belum ada pelaku yang ditahan dan mengklaim serangan tersebut. ’’Operasi berskala besar akan dilakukan untuk menemukan pelaku,’’ ujar pemerintah Turki.
Bom bunuh diri itu muncul setelah pemberontak PKK mengancam bahwa mereka tidak akan mematuhi kesepakatan damai yang telah berlaku selama ini. PKK berang setelah Turki melakukan serangan udara di basis mereka di Iraq. Sejak Jumat (24/7), Turki memang melancarkan serangan antiteror di dalam dan luar negeri. Markas ISIS dan pemberontak PKK di perbatasan Iraq dan Syria dibumihanguskan dengan artileri dari udara.
Di dalam negeri, 590 anggota militan yang mayoritas anggota sayap pemuda PKK ditahan. Termasuk di antaranya seorang anggota senior ISIS di Turki, Abdullah Abdullayev. Dia biasa bertugas merekrut anggota asing untuk masuk ISIS.
Serangan di perbatasan dan dalam negeri yang dilakukan Turki itu dipicu ledakan yang menewaskan 32 aktivis pada Senin (20/7) serta tewasnya seorang tentara di perbatasan yang berkonfrontasi langsung dengan anggota ISIS pada Kamis (23/7). Selain itu, dua tentara tewas pada Rabu (22/7) dan PKK mengklaim sebagai pelaku. Ditambah dengan tewasnya seorang polisi di Diyarbakir.
Aksi teror yang terus-menerus terjadi itulah yang akhirnya membuat pemerintah Turki melancarkan serangan. Meski PKK sebagai pemicu awal, mereka tetap merasa geram begitu markasnya digempur. Tidak diketahui pemicu serangan awal oleh PKK sehingga pemerintah Turki melakukan serangan balasan. Padahal, sejak 2013, PKK di wilayah Turki menandatangani kesepakatan damai dan selama ini terbilang tidak ada masalah. Dalam waktu dekat, parlemen Turki membahas mengenai serangan-serangan, baik dari pemerintah maupun PKK tersebut.
’’Gencatan senjata (antara Turki dan PKK, Red) tampaknya sudah usai,’’ kata Profesor Bidang Politik Timur Tengah di Universitas Negeri Missouri David Romano. Dia menambahkan bahwa serangan Turki lebih berfokus kepada PKK jika dibandingkan dengan ISIS.
Sebelum gencatan senjata, PKK terus-menerus memberontak agar bisa melepaskan diri dari Turki dan membentuk pemerintahan sendiri. Puluhan ribu nyawa melayang hingga gencatan senjata terjadi dua tahun lalu. Meski, hingga saat ini, belum ada kesepakatan final bagi kedua belah pihak.
Di dalam negeri, protes terhadap kebijakan pemerintah merebak di berbagai wilayah. Saat ini situasi di Turki tengah memanas. Kepolisian kerap menggunakan water cannon untuk mengusir massa yang mengamuk. Puluhan demonstran di Ankara juga ditahan. Aksi damai ribuan orang yang turun ke jalan di Istanbul kemarin juga dilarang diadakan.
Di tempat terpisah, pemerintah menerima dukungan Amerika Serikat (AS) terkait dengan serangan ke markas PKK. Gedung Putih menyatakan bahwa Pemerintah Turki berhak mempertahankan dirinya dari serangan terorisme oleh pemberontak Kurdi. AS mendesak PKK segera melanjutkan pembicaraan damai dengan pemerintah Turki dan kedua belah pihak harus menghindari terjadinya konflik yang lebih jauh. ’’Kami mengutuk serangan teror oleh PKK baru-baru ini dan AS menggolongkan mereka sebagai kelompok teroris,’’ tutur Juru Bicara Gedung Putih Alistair Baskey.(AFP/AP/Reuters/sha/c14/tia)

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan kasih komentar