Subscribe:

MODAL KECIL UNTUNG BESAR

Selasa, 21 Juli 2015

Utusan Obama Temui Netanyahu untuk Meredam Amarah Israel


JERUSALEM – Kesepakatan nuklir Iran 14 Juli lalu meresahkan Israel. Dukungan Amerika Serikat (AS) terhadap kesepakatan yang lahir dari perundingan 18 hari itu membuat pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu waswas. Dia lantas mengimbau Kongres AS agar tidak mendukung kesepakatan tersebut.
Reaksi berlebihan Israel membuat Presiden Barack Obama terpaksa bertindak. Dia tidak mau kesepakatan nuklir yang susah payah dicapai itu sia-sia. Sebab, tanpa dukungan Kongres AS, mustahil bagi Washington untuk mewujudkan kesepakatan tersebut. Karena itu, pemimpin 53 tahun tersebut langsung mengirim Menteri Pertahanan Ashton Carter ke Kota Tel Aviv.
Carter tiba di Israel Senin (20/7). Dia langsung menemui Menteri Pertahanan Moshe Yaalon. Dalam pertemuan tersebut, Washington berusaha meyakinkan salah satu sekutu pentingnya itu tentang kesepakatan nuklir Iran. ’’Israel tidak perlu khawatir. AS akan tetap memberikan dukungan pertahanan dan keamanan. Bahkan, kami siap meningkatkan dukungan militer terhadap Israel,’’ papar Carter.
Setelah memberikan jaminan keamanan kepada Yaalon, Carter melanjutkan misinya untuk bertemu Netanyahu. Kemarin (21/7) dua tokoh itu mengawali pertemuan dengan jabat tangan. Tidak hanya erat, salaman ’’politis’’ itu pun berlangsung cukup lama. ’’Pertemuan empat mata tersebut berlangsung tertutup,’’ ujar salah seorang pejabat Israel kepada media.
Setelah berunding sekitar dua jam, Carter dan Netanyahu meninggalkan ruangan. Namun, tidak sepatah kata pun yang terlontar dari mulut mereka tentang pertemuan tersebut. Carter dan Netanyahu tidak sedikit pun menyinggung kesepakatan nuklir Iran. Tetapi, pekan lalu, Netanyahu sempat mengecam kesepakatan yang diklaimnya sebagai kesalahan historis tersebut.
Dalam lawatan ke Israel itu, Carter menyempatkan diri singgah ke Hussein Lookout, dataran tinggi di perbatasan Lebanon yang menghadap ke Golan Heights. Di sana, politikus 60 tahun tersebut menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan Hizbullah merongrong keamanan Israel. Militan yang mendapat dukungan penuh dari Iran itu nyaris tidak pernah kehilangan semangat untuk menyerang Israel.
’’Hizbullah memenangkan dukungan Iran. Karena itu, AS akan terus mendukung Israel dalam menghadapi ancaman keamanan yang bisa menghancurkan seluruh kawasan ini,’’ tandas Carter. Tetapi, dia menambahkan, kesepakatan nuklir Iran dan dukungan Teheran terhadap militan radikal tersebut merupakan dua hal yang berbeda. Washington berharap Tel Aviv bisa memahami.
Sebenarnya, sebagian besar politikus dan rakyat Israel bisa menerima kesepakatan nuklir damai itu dengan baik. Belakangan, bahkan ada imbauan kepada Netanyahu dan jajaran pemerintahannya untuk beradaptasi dengan fakta tentang kesepakatan tersebut. Wakil Menteri Luar Negeri Tzipi Hotovely menjamin akan tetap berusaha memengaruhi Kongres AS agar menolak kesepakatan.
’’Kita tidak boleh berpikir bahwa seluruh perjuangan ini akan sia-sia. Kita akan tetap berusaha memengaruhi AS dan mengubah kesepakatan Barat tentang pencabutan sanksi,’’ paparnya.
Sejak 14 Juli lalu, Kongres AS punya waktu 60 hari untuk mempertimbangkan dukungan terhadap kesepakatan nuklir Iran. Namun, tampaknya, sebagian besar legislator akan mendukung kesepakatan tersebut.
Sesuai dengan kesepakatan yang lahir di Kota Wina, Austria, pekan lalu, Iran akan mendapat banyak imbalan dari AS dan Eropa lantaran bersedia menghentikan program nuklir yang mengarah pada senjata. Selain itu, Teheran akan memperlonggar aturan inspeksi dan mengizinkan tim Barat maupun PBB mengunjungi fasilitas-fasilitas nuklir mereka.
Imbalan untuk Iran, antara lain, pencabutan sanksi ekonomi. Dengan demikian, Negeri Persia itu akan kembali leluasa melakukan transaksi dagang. Terutama berbisnis minyak dengan Eropa lagi. Selain embargo senjata, sebagian besar sanksi yang melekat pada Iran akan dihapus secara bertahap. Imbalan untuk Iran itulah yang membuat Israel marah.(AP/AFP/hep/c5/ami)

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan kasih komentar