Subscribe:

MODAL KECIL UNTUNG BESAR

Rabu, 05 Agustus 2015

Ekonomi Indonesia mengalamin penurunan


JAKARTA – Sebagaimana prediksi sejumlah lembaga, perlambatan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Hal tersebut tecermin dalam pertumbuhan ekonomi triwulan kedua 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun ini hanya mencapai 4,67 persen.
Capaian itu lebih rendah daripada kuartal pertama lalu yang juga tumbuh lambat di level 4,72 persen. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan kedua tahun lalu yang 5,12 persen, kinerja tahun ini juga jauh lebih lambat. Sepanjang semester pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,7 persen.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, meski perekonomian terus melambat, Indonesia masih jauh dari gejala resesi. ”Resesi itu kalau minimal dua kuartal berturut-turut growth-nya negatif. Jadi, kalau masih 4,67 persen, ya bukan resesi,” katanya.
Terkait pertumbuhan ekonomi di semester kedua, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Suhariyanto menuturkan, akan berat bagi pemerintah mengejar pertumbuhan di atas 5 persen. Pada semester kedua tahun ini, belanja modal pemerintah diharapkan mampu digenjot. Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap diharapkan.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, BI tetap memperkirakan bahwa akan ada perbaikan di triwulan ketiga dan keempat tahun ini. ”Pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua tahun ini yang masih melambat terutama didorong oleh melemahnya pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah, dan konsumsi rumah tangga,” ujarnya.
Tirta mengungkapkan, peningkatan pertumbuhan diharapkan didukung akselerasi belanja pemerintah seiring dengan realisasi proyek-proyek infrastruktur. ”Itu sejalan dengan berbagai upaya khusus yang dilakukan pemerintah untuk mendorong percepatan realisasi belanja modal. Termasuk menyiapkan perangkat aturan yang diperlukan,” tuturnya.
Sementara itu, konsumsi diperkirakan membaik seiring dengan ekspektasi pendapatan yang meningkat dan penyelenggaraan pilkada serentak di triwulan keempat 2015. Selain itu, pelonggaran kebijakan makroprudensial diperkirakan mulai memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi pada semester kedua 2015.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan bahwa capaian kinerja ekonomi kali ini cukup mengecewakan dan di bawah ekspektasi semula yang diperkirakan akan mampu berada di level 5 persen. ”Kinerja ekonomi triwulan kedua yang bahkan di bawah capaian triwulan pertama menunjukkan bahwa upaya akselerasi dan stimulasi pertumbuhan ekonomi yang dilakukan pemerintah tidak berjalan optimal,” ujarnya.
Dia mengakui, memang terdapat peningkatan peran pengeluaran pemerintah, namun hanya bersifat pengeluaran rutin. Pengeluaran yang memiliki efek pengganda/multiplier effect seperti belanja modal untuk infrastruktur masih belum memiliki dampak secara luas bagi perekonomian. Upaya membalikkan tren perlambatan ekonomi pun belum berhasil. ”Penurunan pertumbuhan ini terutama karena daya beli masyarakat yang semakin tertekan,” tambahnya.
Faktor pelemahan ekonomi global hanya dampak tambahan, bukan faktor utama. Pasalnya, kontributor ekonomi Indonesia selama ini lebih didominasi konsumsi domestik/swasta, bukan kinerja ekspor-impor.
”Tantangan semester kedua akan semakin berat mengingat tekanan di sektor keuangan akan meningkat di September, terutama terkait stabilitas nilai tukar. Pertumbuhan semester kedua tahun ini hanya akan lebih baik jika nilai tukar dapat dijaga dan cenderung stabil serta realisasi belanja modal dapat diakselerasi. Jika salah satu atau salah duanya tidak dapat dilakukan, kita masih akan melihat berlanjutnya perlambatan ekonomi,” tuturnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap laju pertumbuhan 4,7 persen sepanjang semester I 2015 menjadi titik nadir alias poin terendah dalam siklus perlambatan ekonomi. ”Setelah ini, (pertumbuhan ekonomi, Red) semester kedua merangkak naik,” ujarnya di Istana Bogor kemarin (5/8).
Menurut Jokowi, optimisme itu dilandasi siklus belanja pemerintah yang memang lambat di semester I dan baru menanjak naik signifikan sepanjang semester II tahun ini, terutama mulai Agustus hingga Desember. ”Itu yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Meski demikian, pertumbuhan ekonomi tidak hanya akan dipengaruhi realisasi belanja pemerintah, namun juga belanja swasta dan BUMN, termasuk faktor eksternal terkait perekonomian global. Apakah masih yakin pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 5 persen? ”Seperti saya bilang, faktornya banyak, tapi akan kita upayakan,” ucapnya.(ken/dee/owi/gen/c10/sof)

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan kasih komentar